Analisis Studi Kasus Kegagalan dan Keberhasilan Wirausaha dari Perspektif Motivasi dan Etika di Bidang Manufaktur
TUGAS TERSTRUKTUR 02
Di buat oleh : Farizh Harsya Fadhillah [AE30]
NIM:41324010033
1. Pendahuluan
Kewirausahaan di bidang manufaktur memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Sektor ini tidak hanya berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja, tetapi juga mendorong inovasi, kemandirian industri, dan daya saing global. Namun, perjalanan wirausaha dalam manufaktur tidak selalu berjalan mulus. Ada perusahaan yang mampu bertahan dan berkembang, sementara ada pula yang harus menghadapi kegagalan meskipun berawal dari visi besar.
Motivasi, baik internal maupun eksternal, menjadi pendorong utama seorang wirausaha atau organisasi dalam membangun usahanya. Di sisi lain, etika bisnis dan tanggung jawab sosial menjadi fondasi keberlanjutan usaha, karena kepercayaan publik dan legitimasi sosial sangat bergantung pada keduanya. Lebih jauh lagi, mindset yang positif, adaptif, dan growth-oriented sering kali menjadi pembeda antara perusahaan yang mampu bertahan dan yang tidak.
Tulisan ini akan membahas dua studi kasus manufaktur di Indonesia: PT Astra International Tbk sebagai contoh keberhasilan, dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) pada periode awal 2000-an sebagai contoh kegagalan. Analisis akan difokuskan pada motivasi, etika, mindset, serta pelajaran yang bisa diambil oleh calon wirausaha.
2. Studi Kasus Keberhasilan: PT Astra International Tbk
Profil Singkat
PT Astra International Tbk didirikan pada tahun 1957 dan berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Sektor utama Astra adalah manufaktur dan distribusi otomotif, namun kemudian berkembang ke sektor keuangan, agribisnis, teknologi informasi, dan infrastruktur. Hingga kini, Astra menjadi pemimpin pasar otomotif di Indonesia dengan jaringan distribusi yang luas.
Motivasi
-
Internal: Dorongan kuat para pendiri untuk membangun perusahaan nasional yang memiliki daya saing global. Semangat kewirausahaan Astra terlihat dari visi jangka panjang untuk tumbuh dan berkontribusi bagi bangsa.
-
Eksternal: Permintaan pasar otomotif Indonesia yang besar, serta peluang kerja sama dengan mitra internasional seperti Toyota dan Honda, menjadi faktor pendorong eksternal yang signifikan.
Etika dan Tanggung Jawab Sosial
Astra dikenal sebagai perusahaan yang konsisten menjalankan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) meliputi bidang pendidikan (beasiswa Astra), kesehatan (posyandu binaan), lingkungan (Astra Green Energy), dan pengembangan UKM. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan Astra bukan hanya dalam keuntungan finansial, tetapi juga dalam memberikan manfaat sosial.
Mindset
Growth mindset tercermin dari kemampuan Astra beradaptasi terhadap perkembangan teknologi dan pasar. Perusahaan ini tidak hanya fokus pada otomotif, tetapi juga melakukan diversifikasi usaha ke sektor energi, jasa keuangan, dan teknologi digital. Opportunity-oriented mindset juga terlihat dari kemampuannya membangun kemitraan strategis dengan perusahaan global.
3. Studi Kasus Kegagalan: PT Dirgantara Indonesia (Periode Restrukturisasi 2000-an)
Profil Singkat
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) didirikan pada tahun 1976 dengan nama awal Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN). Perusahaan ini merupakan proyek ambisius Indonesia untuk menguasai teknologi kedirgantaraan dan memproduksi pesawat sendiri. PTDI pernah mencatat prestasi membanggakan dengan produksi CN-235 dan N-250. Namun, krisis ekonomi 1998 berdampak besar terhadap kelangsungan perusahaan ini.
Motivasi
-
Internal: Semangat nasionalisme dan visi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara produsen pesawat.
-
Eksternal: Dorongan politik dan strategi negara dalam memperkuat pertahanan dan kemandirian industri.
Etika dan Tanggung Jawab Sosial
PTDI dikenal memiliki standar tinggi dalam hal keselamatan dan kualitas produk. Namun, manajemen perusahaan menghadapi kritik terkait efisiensi, transparansi penggunaan dana publik, dan ketergantungan pada subsidi pemerintah. Kegagalan dalam menjalankan etika manajerial dan tanggung jawab finansial menjadi salah satu faktor melemahnya kepercayaan publik.
Mindset
Pada awalnya, PTDI memiliki growth mindset dengan mengembangkan berbagai proyek pesawat baru. Namun, mindset tersebut kurang diimbangi dengan strategi bisnis yang realistis. Kurangnya adaptasi terhadap dinamika pasar global, ketergantungan pada proyek pemerintah, serta lemahnya diversifikasi pasar membuat perusahaan kesulitan bertahan. Pada awal 2000-an, PTDI terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja massal sebagai dampak restrukturisasi.
4. Analisis Perbandingan
| Aspek | PT Astra International (Keberhasilan) | PT Dirgantara Indonesia (Kegagalan) |
|---|---|---|
| Motivasi Internal | Dorongan kuat membangun perusahaan nasional yang kompetitif | Semangat nasionalisme untuk kemandirian industri pesawat |
| Motivasi Eksternal | Peluang pasar otomotif besar, mitra global | Dorongan politik dan strategi negara |
| Etika Bisnis | Konsisten dengan GCG dan CSR luas (pendidikan, kesehatan, lingkungan) | Standar kualitas tinggi, tetapi masalah transparansi dan efisiensi |
| Mindset | Growth & opportunity-oriented, diversifikasi usaha | Growth mindset awal, tetapi kurang adaptif terhadap pasar global |
| Resiliensi | Tinggi, mampu melewati krisis ekonomi dan tetap tumbuh | Rendah, tertekan oleh krisis dan tergantung pemerintah |
| Hasil Akhir | Menjadi perusahaan nasional dengan reputasi global | Mengalami restrukturisasi, kehilangan daya saing internasional |
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
Dari dua studi kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dalam wirausaha manufaktur tidak hanya ditentukan oleh modal atau teknologi, tetapi juga oleh motivasi, etika, mindset, dan daya tahan (resilience).
-
PT Astra International menunjukkan bahwa kombinasi motivasi internal yang kuat, pemanfaatan peluang eksternal, etika bisnis yang konsisten, serta mindset growth dan adaptif membawa perusahaan menjadi pemimpin industri.
-
PT Dirgantara Indonesia, sebaliknya, menunjukkan bahwa visi besar tanpa perencanaan bisnis yang realistis dan adaptasi pasar dapat menyebabkan kegagalan, meskipun memiliki motivasi nasionalisme dan teknologi mumpuni.
Rekomendasi untuk calon wirausaha:
-
Bangun growth mindset sejak awal, serta selalu siap beradaptasi terhadap perubahan pasar.
-
Perkuat motivasi internal (passion, visi pribadi) dan dukung dengan analisis peluang eksternal yang realistis.
-
Terapkan etika bisnis dan tanggung jawab sosial sebagai fondasi, karena kepercayaan publik menjadi modal jangka panjang.
-
Perluas jaringan dan kolaborasi dengan pihak eksternal untuk meningkatkan daya tahan usaha.
-
Jangan hanya berfokus pada inovasi produk, tetapi juga pada strategi bisnis, efisiensi manajemen, dan keberlanjutan finansial.
6. Sumber Referensi
-
Astra International. (2023). Astra International Annual Report 2023. https://www.astra.co.id
-
PT Dirgantara Indonesia. (2022). Company Profile PTDI. https://www.indonesian-aerospace.com
-
Suryana, Y. (2019). Kewirausahaan: Teori dan Praktik. Jakarta: Salemba Empat.
-
Tambunan, T. (2020). Usaha Kecil Menengah di Indonesia: Isu-isu Penting. Jakarta: LP3ES.
-
Artikel Liputan6. (2018). “Sejarah Panjang dan Tantangan PT Dirgantara Indonesia.”
-
Kompas. (2021). “Astra dan Konsistensinya pada CSR di Bidang Pendidikan dan Lingkungan.”

Komentar
Posting Komentar